Usik
Masih dibayangi dengan rasa sesal yang semakin hari menguras habis akal. Di mana lagi saya tempatkan rasa bersalah ini selain memendamnya lagi? sesak merundung saya tanpa ampun. Seperti katanya menuang cuka di atas luka, saya banyak bersalahnya.
Setiap interaksi yang terjadi, canda tawa bersama kami, dan kenangan baik lain yang selalu teringat di sisi bak benang kusut yang selalu saya pikirkan bagaimana kelanjutannya. Apakah saya akan hidup dengan membawa seberkas salah ini atau diam sendiri seolah tidak pernah terjadi?
Komentar
Posting Komentar